kau tancapkan rindu berkali-kali
menghujami rindu bukan dengan hati
perih, rindumu hanya sebatas kata
bukan temu yang kau damba
rindumu tumpul, berkarat
rinduku tajam, menyayat
kata rindumu, semu
kata rinduku, temu
kau tancapkan rindu berkali-kali
menghujami rindu bukan dengan hati
perih, rindumu hanya sebatas kata
bukan temu yang kau damba
rindumu tumpul, berkarat
rinduku tajam, menyayat
kata rindumu, semu
kata rinduku, temu
Tanpa saling jatuh cinta, percakapan tidak akan pernah sepanjang dan sekokoh tembok cina, diselingi dengan doa-doa disepertiga malam aku hanya meminta Tuhan ikut menjaga obrolan kita berserta rencana-rencana baik didalamnya.
Berawal dari mengenalmu tanpa berharap apa-apa, kini aku jatuh cinta pada caramu mencinta, walau aku tahu konsekuensi jatuh cinta tidak pernah mudah namun tetap saja jatuh cinta adalah anugerah paling indah.
Di mulai dengan rasa percaya bahwa setiap hati selalu ada pemiliknya. Dan kamu adalah rumah bagiku yang berniat pulang setelah berjuang. Aku tahu tidak semua yang diperjuangkan itu pandai menghargai, beberapa justru mengkhianati tapi bagiku jatuh cinta padamu adalah ketidaksengajaan yang menyenangkan dan aku siap dengan segala risiko yang akan didapatkan.
Sepertiga malam membawa kantuk yang luar biasa, setelah percakapan panjang itu aku punya mimpi besar untuk hidup bersamamu selamanya, mudah-mudahan Tuhan tidak membangunkanku dari tidur.
28 Feb. 21
Hei puan, malam kemarin kau masih sebatas mimpi
dalam ruang gelap, setitik cahaya
malam ini, kau menyelinap dengan sigap
mendatangkan lentera pada ruang gelap
memberi aroma segar pada hati yang telah engap
sumbu yang telah padam, kini nyala dengan sekejap
Dibibir para pendoa,
Tuhan tidak pernah bergurau pada hati yang tulus meminta
tanpa tawar menawar kau menjelma menjadi nyata
sejak saat itu, kata mustahil hilang dalam kamus hidupku
terlalu sederhana pintaku malam itu
tapi pintaku malam ini, berbahaya
aku ingin warnamu lebih menyala
dalam setiap malam tanpa jeda
keyakinan dan setiaku pada sang pencipta
dengan doa yang selalu basah di bibir pendoa
harapan tak pernah kering dan kosong
Sampai saat ini, masih belum kutemukan alasan mengapa engkau kuputuskan masuk dalam agenda hidupku. Pemeran utama dalam skenario cerita fiktif yang kuharap suatu kelak menjadi nyata. Mengatur alur, memikirkan risiko, menantang bahaya setelahnyapun aku siap. Sebab sejak hadirmu pagi itu, hati seakan menemukan teknisi handal . relung hati yang kurasa berantakan dan engap kemarin sore kau buat perlahan mulai membaik.
Ya, jujur aku mendatangimu karena cinta, malu-malu, bersembunyi disela kata hingga ada rindu yang malu-malu dibalik kepingan frasa, nafasku lega menghembuskanj setangkai nama yang kucari sekian lama.
Dimulai dari pagi itu, kala sinar matamu menyilaukan, kedipanmu membuyarkan, sayangnya senyummu tertutup masker sembilu, tapi kau tetap menawan bagiku lewat mata indahmu.
Banyak pertanyaan, sejak kapan aku mulai tertarik padamu?
Sejak tatapanku mulai kau acuhkan, sejak pertanyaanku tak kau hiraukan, dan sejak saat itu pula aku mulai penasaran.
Aaah, kau buat diksiku berhamburan dan tidak henti-hentinya menjabarkan empat kata yang ada pada namamu.
Aku hanya bisa berterus terang melalui tulisan, kata demi kata yang kurangkai hanya tertuju pada satu nama, ya aku jatuh cinta.
Tanpa harapan atau dengan harapan kau tetap menawan, jika kau tak memeberi harapan aku melawan untuk tetap pada harapan dengan doa yang ku andalkan dan segala risiko didalamya sudah kupertimbangkan. Sebab mencintaimu adalah bahaya-bahaya yang indah. Maka menetaplah, pintaku pada Tuhan tanpa celah.
Bagiku rangkaian kata yang kau anggap puisi adalah rumah, rumah yang kuharapkan menjadi tempat persinggahan terakhir. Jangan pernah letih untuk membaca, karena didalamya hanya ada aku dan kau saja.
Aku berani menulis karena nampaknya kau memberiku sedikit harapan, ya sedikit bagiku tetap berarti walau nantinya harapan itu hilang atau berkembang.
Sekali lagi, kau tampak menawan, ratusan pria tampan mengidamkan, menginginkan, mendambakan, tapi kau bilang mengabaikan, mudah-mudahan demikian. Aku percaya pada pernyataanmu, dan aku percaya pada keyakinanku.
Sebuah ruang tunggu tercipta, kau memintaku duduk disana tanpa paksaan, aku menerima dengan lapang dada. Kita berbincang dengan kata yang sulit diterjemahkan, belum berani saling mengungkapkan namun hati seakan saling mengiyakan. Problematika masa lalu masih menjadi halangan, kucari apa penyebabnya, jawabmu, takdir. Jawaban yang bagus, takdir Tuhan memang indah, kau kutemukan diwaktu takdirmu dan takdirnya tidak saling berdampingan lalu kau buka ruang baru untuk kumasui menggantikan takdirmu yang kau anggap gagal. Tidak ada yang salah dengan takdir, aku berani bertaruh pada takdir, kau milikku!
Hahaha. Percakapan panjang malam itu menyenangkan, aku tak mau beranjak dari sana, cerita masalalumu kau jabarkan satu persatu, bagus menurutku karena satu pintaku, tetap ingat masa lalu sebagai pembelajaran, bukan sebagai kenangan. karena pengalaman pahit yang memilukan tidak akan pernah hilang dari ingatan sekalipun kau benturkan kepalamu ke lantai pelataran.
Pada sebuah ruang tunggu, aku hanya mengandalkan doa-doa yang melayang untukmu, kemudian memintamu untuk mengaminkan doaku. Sebagaimana kun pada fayakun. harapan adalah keyakinan, sedangkan doa adalah penguatnya, maka telah aku imani cinta ini untuk terus kuamini.
Harapan kini berada dipergelangan tanganmu, yang akan menentukan siapa nantinya pasangan tangan yang akan kau raih. Kau tak berhak memilih, tapi kau berhak menentukan. Jangan takut jika nantinya kau tak meraih tanganku, karena aku takan membencimu. Bagiku kau tetap menawan meski nantinya aku tak dijadikan pilihan, menganalmu sudah menjadi salah satu pencapaian, menciptakan bahagia, tanpa mengorbankan luka, merawat suka tak harus menghilangkan rasa, jika membenci cobalah diganti dengan damai.
Sajakku lahir dari bibir yang tak pandai mengungkapkan rasa. Dengan menyebut nama Tuhan kita yang sama, aku hanya berharap kita saling bertukar perhatian melalui doa-doa baik. Ruang tungguku ingin kujadikan rumah sebagai tempat pulang bersamamu, bukan hanya tempat singgah semata. Oh Tuhan maaf pintaku berlebihan, pada doa ba'da salat zuhur.
Obrolan siang bolong semakin tragis, kau bercerita tentang masa depan yang sangat cerah bak cahaya sang surya dari pagi buta dihari selasa. Mengapa tragis? sebab kau merancangnya bukan bersamaku. Hahaha, kita saling tertawa bagiku itu lucu menarik untuk terus menggali karaktermu dan menjadi tolak ukur perjuanganku. Kau begitu menantang, aku suka tantangan, akan kurubah caramu memandang setiap manusia dengan menghargai perjuangannya bukan derajatnya.
Percakapan demi percakapan saling terlontar dari dua mulut dipenghujung sore menuju hujan. Aku selalu dan selalu memintamu bercerita bagaimana kisahmu di masa lalu, entah kenapa aku suka obrolan itu, jujur aku takut terus mengulang dan mengulang lagi, tapi aku tetap yakin bahwa semua bisa dirubah dengan doa dan harapan yang tak putus. Aku selalu mengingatkanmu betapa pentingnya melipat kenangan, menyimpan rapi dalam laci-laci ingatan; barangkali kenangan-kenangan menjelma kebaikan, mengentas khilaf sampai tuntas.
Tanpa jatuh cinta, aku tidak pernah sampai pada bahagia. Mencintaimu, aku jatuh berkali-kali dan siap untuk menantang bahaya-bahaya yang indah. Rinduku tumbuh menumpuk, berkembang, sedangkan rindumu gersang dan temu hanya menjadi destinasi alam bawah sadar. Rinduku lebih memilih sepi dan dingin untuk tumbuh dan mekar lalu biarkan kutemui dirimu dalam mimpi-mimpiku untuk menuntaskan rindu itu.
Kembali pada malam, kini malam terlihat cerah dengan bulan dan bintangnya. Ingin sekali kuraih tanganmu, memelukmu, membawamu dalam nyanyian rindu, tapi kau membisu. Bulan sabit menangis melihat senyum palsuku, bintang-bintang runtuh iri melihatku lebih terang darinya. Gerimis datang, bulan bintang hilang hanya sunyi yang kurasakan, bersama sunyi aku mengeja satu nama berkali-kali. Benar-benar rumit rindu ini, tapi aku percaya Tuhan menciptakan kerumitan sebagai sesuatu yang kelak menjadi kebahagiaan. Walau sebenarnya rinduku enggan surut karena pintaku hanya satu, bertaut.
Rinduku semalam seakan hilang karena pagi ini namamu hadir dalam notifikasi, kau membangunkanku dengan dering ponsel panggilan suaramu, dan disambut senyum pesanmu. Teruslah begini. Aku mencintaimu.
............
............
20 Feb. 21
Jari-jari arloji bergerak lambat
berdenting dengan nada penuh isyarat
jemarinya melukis janji diantara dua belas angka
detaknya menawarkan rindu pada angka satu
berputar menunjuk satu, dua sampai dua belas
kembali berputar sampai dua belas lagi
aku menunggu,
kapan jarum jam berhenti menunjuk satu titik
Siapa bilang aku mencintaimu?
Itu bohong belaka
Aku hanya suka berlama-lama ngobrol denganmu
Siapa bilang aku rindu kamu?
Aku hanya tak tahan jika tidak ketemu kamu sehari
Siapa pula yang bilang aku bohong?
Aku hanya tak mau jujur saja
Begini saja,
Kau itu kupu-kupu
aku bunga plastik
kau bebas kemana saja
aku terpaku di meja-meja
tak punya putik untuk kau cubit
matamu melirik, enggan menghinggap
19 Feb. 21
Mungkin, akulah salah satu manusia berwajah dua
memiliki dua waktu dalam satu raga
suatu waktu seperti manusia salih,
yang rajin bertasbih
dilain waktu akulah pendosa
yang berkeliling memikul dosa-dosa berat
namun,
wajahku dihadapnmu menjelma menjadi satu,
menghadap kedua matamu
menancapkan harapan pada satu titik
satu wajah yang lebih baik
13 Feb. 21
waktu demi waktu
tersakiti sepi
dua kali dihantam sunyi
waktu demi waktu
hujan menyerang
menghujani perang
waktu demi waktu
melawan pandemi
yang terpolitisasi
waktu demi waktu
kami meringis kesakitan
kalian tersenyum menertawakan
7 Feb. 2021
Lebih menantang seperti ini si
bak main tebak-tebakan
kau padamkanku berkali-kali
aku tetap hidup dalam lamunan
tidak terlalu berharap memiliki
itu urusan Tuhan
setidaknya kau tahu aku, dan aku tahu kau saja sudah cukup
selanjutnya kita serahkan, kepada Yang Maha pemberi hidup
Kita merencanakan
Tuhan menentukan
-am
8 Feb. 21
Dia memiliki bintang yang indah
di kedua matanya yang sayu
dan memamerkannya padaku
tatapannya membuat jantungku melemah
mata sayu itu mengandung candu
Dia mengajarkanku sebuah kata yang sulit
kemudian kutulis dalam kamus kecil bait demi bait
kupelajari tiap malam,
namun tatanpannya membuat semua buram
Aku tidak pandai melawan matanya
bahkan hanya meminta senyumnya melenyapkan segala asa
Nada dan suara sudah tiada
Aku ini musik yang bisu tak berirama
Hanya aku penikmatnya sebagai lagu pemuja rahasia
-am
24 jan. 21
aku tak bermaksud mengabaikanmu
aku tak mau kau jatuh terlalu dalam
mengharapkanku bukan pilihan
ya
aku bukan pilihan
aku ingin memilih
pilhanku tertuju padanya
bukan padamu