Rabu, 24 Februari 2021

TEMARAM

Sampai saat ini, masih belum kutemukan alasan mengapa engkau kuputuskan masuk dalam agenda hidupku. Pemeran utama dalam skenario cerita fiktif yang kuharap suatu kelak menjadi nyata. Mengatur alur, memikirkan risiko, menantang bahaya setelahnyapun aku siap. Sebab sejak hadirmu pagi itu, hati seakan menemukan teknisi handal . relung hati yang kurasa berantakan dan engap kemarin sore kau buat perlahan mulai membaik.


Ya, jujur aku mendatangimu karena cinta, malu-malu, bersembunyi disela kata hingga ada rindu yang malu-malu dibalik kepingan frasa, nafasku lega menghembuskanj setangkai nama yang kucari sekian lama.


Dimulai dari pagi itu, kala sinar matamu menyilaukan, kedipanmu membuyarkan, sayangnya senyummu tertutup masker sembilu, tapi kau tetap menawan bagiku lewat mata indahmu.


Banyak pertanyaan, sejak kapan aku mulai tertarik padamu?

Sejak tatapanku mulai kau acuhkan, sejak pertanyaanku tak kau hiraukan, dan sejak saat itu pula aku mulai penasaran.

Aaah, kau buat diksiku berhamburan dan tidak henti-hentinya menjabarkan empat kata yang ada pada namamu. 

Aku hanya bisa berterus terang melalui tulisan, kata demi kata yang kurangkai hanya tertuju pada satu nama, ya aku jatuh cinta. 


Tanpa harapan atau dengan harapan kau tetap menawan, jika kau tak memeberi harapan aku melawan untuk tetap pada harapan dengan doa yang ku andalkan dan segala risiko didalamya sudah kupertimbangkan. Sebab mencintaimu adalah bahaya-bahaya yang indah. Maka menetaplah, pintaku pada Tuhan tanpa celah.


Bagiku rangkaian kata yang kau anggap puisi adalah rumah, rumah yang kuharapkan menjadi tempat persinggahan terakhir. Jangan pernah letih untuk membaca, karena didalamya hanya ada aku dan kau saja. 


Aku berani menulis karena nampaknya kau memberiku sedikit harapan, ya sedikit bagiku tetap berarti walau nantinya harapan itu hilang atau berkembang.


Sekali lagi, kau tampak menawan, ratusan pria tampan mengidamkan, menginginkan, mendambakan, tapi kau bilang mengabaikan, mudah-mudahan demikian. Aku percaya pada pernyataanmu, dan aku percaya pada keyakinanku. 


Sebuah ruang tunggu tercipta, kau memintaku duduk disana tanpa paksaan, aku menerima dengan lapang dada. Kita berbincang dengan kata yang sulit diterjemahkan, belum berani saling mengungkapkan namun hati seakan saling mengiyakan. Problematika masa lalu masih menjadi halangan, kucari apa penyebabnya, jawabmu, takdir. Jawaban yang bagus, takdir Tuhan memang indah, kau kutemukan diwaktu takdirmu dan takdirnya tidak saling berdampingan lalu kau buka ruang baru untuk kumasui menggantikan takdirmu yang kau anggap gagal. Tidak ada yang salah dengan takdir, aku berani bertaruh pada takdir, kau milikku!


Hahaha. Percakapan panjang malam itu menyenangkan, aku tak mau beranjak dari sana, cerita masalalumu kau jabarkan satu persatu, bagus menurutku karena satu pintaku, tetap ingat masa lalu sebagai pembelajaran, bukan sebagai kenangan. karena pengalaman pahit yang memilukan tidak akan pernah hilang dari ingatan sekalipun kau benturkan kepalamu ke lantai pelataran.


Pada sebuah ruang tunggu, aku hanya mengandalkan doa-doa yang melayang untukmu, kemudian memintamu untuk mengaminkan doaku. Sebagaimana kun pada fayakun. harapan adalah keyakinan, sedangkan doa adalah penguatnya, maka telah aku imani cinta ini untuk terus kuamini.


Harapan kini berada dipergelangan tanganmu, yang akan menentukan siapa nantinya pasangan tangan yang akan kau raih. Kau tak berhak memilih, tapi kau berhak menentukan. Jangan takut jika nantinya kau tak meraih tanganku, karena aku takan membencimu. Bagiku kau tetap menawan meski nantinya aku tak dijadikan pilihan, menganalmu sudah menjadi salah satu pencapaian, menciptakan bahagia, tanpa mengorbankan luka, merawat suka tak harus menghilangkan rasa, jika membenci cobalah diganti dengan damai.


Sajakku lahir dari bibir yang tak pandai mengungkapkan rasa. Dengan menyebut nama Tuhan kita yang sama, aku hanya berharap kita saling bertukar perhatian melalui doa-doa baik. Ruang tungguku ingin kujadikan rumah sebagai tempat pulang bersamamu, bukan hanya tempat singgah semata. Oh Tuhan maaf pintaku berlebihan, pada doa ba'da salat zuhur.


Obrolan siang bolong semakin tragis, kau bercerita tentang masa depan yang sangat cerah bak cahaya sang surya dari pagi buta dihari selasa. Mengapa tragis? sebab kau merancangnya bukan bersamaku. Hahaha, kita saling tertawa bagiku itu lucu menarik untuk terus menggali karaktermu dan menjadi tolak ukur perjuanganku. Kau begitu menantang, aku suka tantangan, akan kurubah caramu memandang setiap manusia dengan menghargai perjuangannya bukan derajatnya. 


Percakapan demi percakapan saling terlontar dari dua mulut dipenghujung sore menuju hujan. Aku selalu dan selalu memintamu bercerita bagaimana kisahmu di masa lalu, entah kenapa aku suka obrolan itu, jujur aku takut terus mengulang dan mengulang lagi, tapi aku tetap yakin bahwa semua bisa dirubah dengan doa dan harapan yang tak putus. Aku selalu mengingatkanmu betapa pentingnya melipat kenangan, menyimpan rapi dalam laci-laci ingatan; barangkali kenangan-kenangan menjelma kebaikan, mengentas khilaf sampai tuntas. 


Tanpa jatuh cinta, aku tidak pernah sampai pada bahagia. Mencintaimu, aku jatuh berkali-kali dan siap untuk menantang bahaya-bahaya yang indah. Rinduku tumbuh menumpuk, berkembang, sedangkan rindumu gersang dan temu hanya menjadi destinasi alam bawah sadar. Rinduku lebih memilih sepi dan dingin untuk tumbuh dan mekar lalu biarkan kutemui dirimu dalam mimpi-mimpiku untuk menuntaskan rindu itu. 


Kembali pada malam, kini malam terlihat cerah dengan bulan dan bintangnya. Ingin sekali kuraih tanganmu, memelukmu, membawamu dalam nyanyian rindu, tapi kau membisu. Bulan sabit menangis melihat senyum palsuku, bintang-bintang runtuh iri melihatku lebih terang darinya. Gerimis datang, bulan bintang hilang hanya sunyi yang kurasakan, bersama sunyi aku mengeja satu nama berkali-kali. Benar-benar rumit rindu ini, tapi aku percaya Tuhan menciptakan kerumitan sebagai sesuatu yang kelak menjadi kebahagiaan. Walau sebenarnya rinduku enggan surut karena pintaku hanya satu, bertaut. 


Rinduku semalam seakan hilang karena pagi ini namamu hadir dalam notifikasi, kau membangunkanku dengan dering ponsel panggilan suaramu, dan disambut senyum pesanmu. Teruslah begini. Aku mencintaimu. 



............


............


20 Feb. 21

Tidak ada komentar: