Tak peduli,
Seberapa pagi aku pergi
Seberapa malam aku tidur
Selama apa aku tertidur
Seberapa lelah hari-hariku
Setidaknya itu akan menjadikan salah satu bukti
Bahwa aku benar mencintaimu
Dan ingin halal bersamamu
Tak peduli,
Seberapa pagi aku pergi
Seberapa malam aku tidur
Selama apa aku tertidur
Seberapa lelah hari-hariku
Setidaknya itu akan menjadikan salah satu bukti
Bahwa aku benar mencintaimu
Dan ingin halal bersamamu
Sudah saatnya aku terbangun dari mimpi siang bolong, alam tetaplah alam dengan ingatan yang kuat, baik buruknya manusia sudah tercatat permanen di sana. Jika harus memilih, lebih baik tidak mempedulikan hasil baik, yang aku tahu kini kau bukan lagi mimpi melainkan kenyataan yang harus kuperjuangkan. Tuhan memberi jawaban bahwa kamu pilihannya oleh sebab itulah kau kembali didatangkan dengan membawa seribu pengharapan, walau sempat bertanya-tanya ini lelucon atau egomu benar-benar kalah? benar-benar aneh rasanya hati yang dibolak-balikan, tetapi hati ini sangat menginginkan maka kujadikan ini sebagai bentuk pengabulan. Tugasku sekarang menjaga kepercayaan, menanam kembali tunas yang sempat kucabut sebelum tumbuh untuk terus kurawat sampai berbuah.
Terima kasih untuk kepercayaan yang kau beri sekali lagi, cinta yang kau percayakan padaku untuk kuperjuangkan sekali lagi, ya sekali lagi walau kau tak membatasi berapa kali aku tetap pada kata sekali lagi agar aku sadar dan meminimalisir kesalahan karena hidup hanya punya satu kesempatan. Duniaku pulih, rutinitasku kembali sistematis, luka benar-benar menjadi pelajaran untuk memperbaiki kelangsungan hidup. Mari saling mengingatkan jika diantara kita melakukan kesalahan karena itulah kunci kekekalan sebuah hubungan. Ini bukan kemenangan hanya kesempatan kecil yang diberikan Tuhan, bahwa ketulusan meminta tanpa putus, sedikit demi sedikit akan terkabulkan.
Ternyata begini rasanya berada diposisimu, maafkan aku. Tak pernah kusangka alam begitu kuat mengingat masa lalu sampai pada suatu waktu di mana masa itu berbalik dengan sasaran yang tepat. Tuhan benar-benar menghukumku dengan karmanya, alam begitu kejam memperlakukanku. Sesekali sesal menguntitku, berbisik, mengusik, mengajak untuk berputar balik pada masa di mana mimpi-mimpi yang dulu pernah kurakit sedemikian rupa dan kutinggalkan sebelum jadi. Terlambat!, gertakku dengan lantang pada sesal! Jika memang masih ada harapan, pasti berbeda dengan keadaan sebelumnya, mimpi itu telah lenyap butuh waktu merangkainya kembali.
Kuakui ini sudah menjadi jalan takdirku, melalui seribu maaf pun tidak akan pernah bisa menyatukan remukan kaca yang pecah, mengakui salah tidak akan mampu mengembalikan keadaan yang buncah.
Tugasku sekarang berbuat baik dengan alam untuk membalikan keadaan, merangkai kembali mimpi baru dengan penuh risiko baik atau buruk. Jika baik untukku, terima kasih dengan penuh bijaksana kupanjatkan, jika buruk untukku dada siap kulapangkan agar hati terbiasa menerima sebab akibat perbuatanku di masa lalu.
Aku pantas diinjak agar tahu rasa sakit, aku pantas dicaci agar tahu arti menghargai, aku pantas di asingkan agar tahu arti kepercayaan, dan aku pantas mendapatkan perlakuan buruk dari alam, agar aku sadar dan berhati-hati dalam segala tindakan.
Aku percaya Tuhan tidak sekejam fir'aun yang memperlalukan hambanya tanpa batas kemampuan. Pelangi masih ada setelah hujan, walau tak selalu hujan di beri pelangi, aku akan tetap menunggu berdiri tegap di bawah rintik hujan yang menghujam bahkan badai sekalipun untuk menanti datangnya pelangi.
Pikiranku terjajah oleh rasa bersalah yang tak kunjung mereda walau sesekali terlintas dalam benak, betapa sia-sia jika terus berlanjut dengan keadaan yang tidak memungkinkan untuk kubawa di masa depan. Semakin hari hatinya tak kunjung membaik, aku benar-benar terlempar hingga masuk dalam tumpukan sampah dihalaman rumahnya. Ketidakberdayaanku melepasmu adalah kutukan cinta yang teramat kejam, kau menakutiku dengan senyuman palsu setiap waktu.
Aku ingin merdeka!, terjajah setiap hari membuat hati semakin lemah tak berdaya, akal sehatku bermain, pikiranku melesat terbagi kesegala penjuru, Tuhan memberiku jalan menuju kemenangan doa dan harapan baik untuknya selalu kuucap dalam sujudku.
Tuhan maha baik dengan segala kebaikanNya, maha membolak balikan sesuatu sesuai dengan permintaan hambanya. Aku masih mencium aroma melati dalam setiap jengkal tubuhmu dan berharap menjadi jawaban terbaik yang Tuhan berikan padaku.
Dialog demi dialogku dengan Tuhan selalu bertemakan namamu, dan obrolan paling membingungkan yang tak pernah letih kucari titik terangnya. Lagi dan lagi aku hanya memintanya kembali, kurasa perjuanganku belum dimulai ia perlu tahu bahwa hati ini tulus memintanya kembali untuk kuperjuangkan seperti seharusnya.
Aku sudah letih bertualang, aku ingin pulang, dan kembalilah, akan kujadikan kau rumah sebagai tempat paling mewah untuk menghilangkan segala lelah.
Setiap hari, tubuhku berlumuran darah penyesalan, menggumpal melahirkan luka, duka, dan cinta. Siapa paling kuat menurutmu, luka, duka atau cinta?.
Ya, rasa cinta yang kuat pertahanan terbaikku, luka dan duka yang tertoreh bahkan tidak terasa samasekali. sekeras apapun kau berdalih ingin menyingkirkanku, abaimu tak menyurutkan cinta itu.
Entah sampai kapan langit akan terus mengumbar petir dan hujan, sampai awan benar-benar pergi atau sampai sang surya benar-benar mati?.
Kini aku tahu cara merawat nyeri, sebagaimana batu yang tertusuk rinai hujan lalu diam-diam seseorang menjahit lukanya dengan jarum dan benang keikhlasan, sebab ia tak ingin melihat hujan runtuh di wajahku.
Aku bertahan karena cinta, walau hampir setengah gila dibuatnya hingga nyawa tiada berharga. Hei, tahukah kamu, cinta itu seperti apa?. Cinta kadang setabah tanah yang rela disiram terik matahari namun, ia juga bisa terpesona rintik hujan dan air yang menggenang di halaman. Cinta juga dapat berteduh lama di bawah naungan senja.
Jangan sia-siakan cinta, ketabahannya bisa saja berujung pindah kedermaga lainnya. Jagalah apa yang ada hari ini karena itu salah satu langkah awal untukmu menata hari ketika bagian penting dalam hidupmu sudah tak utuh lagi.
Masih dengan Tuhan, teman terbaik dalam segala keadaan mulai dari keadaan di mana aku sangat mengidam-idamkan, memimpikan, dan menginginkannya hadir dalam kehidupan nyata hingga akhirnya semua terwujud melalui proses yang panjang walau hadirnya hanya dalam waktu yang cukup singkat. Kini keadaan berbalik ulahku membuatnya beranjak pergi, aku bersujud meminta maaf kepadaMu Ya Rabb kesalahanku membuatnya kecewa, dengan segala sesal dan khilaf tidak akan mengulanginya lagi, kini aku ingin dia kembali. Kupasrahkan semuanya KepadaMu.
Tidak ada kesengajaan, tapi ia menganggap ini sebuah injakan, aku terima. Kupasrahkan, kujadikan ini sebagai pelajaran, betapa kepercayaan adalah sesuatu yang sangat mahal harganya walau harus kutebus dengan merelakan kepergiannya. Hatinya terluka, hatiku lebih parah, patah.
Menginginkannya kembali sama saja bunuh diri setiap hari, mati yang tak benar-benar mati, hidup yang tak benar-banar hidup. Aku tak peduli, krna hatiku sudah menasbihkan diri bahwa kau masih layak untuk dicintai, janjiku seperti janji awan yang tak pernah meninggalkan langit meski sesekali mengikrarkan hujan. Begitulah hidup, kita perlu sebuah relaksasi agar tak penat setiap saat. Tak selamanya perjalanan hidup berjalan mulus ada saja kerikil permasalahan yang menghambat tinggal bagaimana cara kita mengatasinya ngegas atau pelan-pelan saja haha.
Aku punya tameng yang cukup kuat, biarpun raga sudah tak berdaya, tapi hati menguatkan segalanya, kaki seakan mulai lelah bediri, tapi ketulusan hati menopangnya.
Masih kurenungkan, terus kupanjatkan, kuusahakan, hingga akhirnya kupasrahkan. Bukan untuk memaksanya mencabut keputusan, tapi sebatas tolok ukur pantas atau tidak mimpi itu kuperjuangkan. Keras, dan tanpa toleransi sama sekali, ibarat jari tangan berkuku panjang yang mencakar lalu menyakiti, tanpa pikir panjang yang ia potong jarinya bukan kukunya. Dangkal menurutku, sesuatu yang patah susah untuk menyatu kembali, sedangkan yang sakit masih bisa sembuh lalu membaik. Bukan begitu menurutku cara mengatasi masalah, mungkin faktor kedewasaan atau sudah menjadi sifat yang mengarat. Untung dewasaku menerima dengan lapang dada, mungkin inilah takdir Tuhan yang tidak bisa dirubah, kenyataan yang begitu pahit harus kutelan dengan paksa.
Aku ingin sekali beranjak, biar dibilang tahu malu. Tapi rasanya enggan pergi begitu saja. Rutinitasku berantakan, ponselku hening tak ada lagi sapaan setiap pagi. Dunia berganti, aku mati, hidup lagi, dalam dunia baru, tanpamu.
Kau tahu kenapa aku enggan pergi? sebab kau mengusirku atas dasar kesalahanku, dan rasa bersalahku menahan menuntut perbaikan. Sepatah apapun, aku tetap bisa berdiri tegap, tapi kecewamu membuatku enggan pergi bahkan dengan merangkak sekalipun. Ini bukan risiko yang seharusnya kutanggung, tak seharusnya aku pergi karena kesalahanku. Aku hanya akan pergi disaat kau memiliki wajah baru yang membuatmu lebih bahagia, karena lebih baik kau berkhianat lalu pergi dengan alasan ada yang lain daripada kau pergi karena kesalahanku. Dulu aku datang dengan ketulusan dan ingin pula langkah pergiku diiringi dgn ketulusan bukan rasa bersalah dan penyesalan.
Kokok ayam jantan membangunkanku dari mimpi indah satu malam, sekejap, bangun, hilang, dan dunia berubah. betapa tidak, mimpi yang sedang kurangkai hilang dalam sekejap, ketika mata berusaha untuk tidak kubuka tiba-tiba kesalahan itu memaksaku untuk membukanya. Tuhan menegurku dengan satu ketukan, ucapan adalah taruhan, tindakan adalah pertarungan, dan ayam jantan adalah kesalahan itu.
Sesal? jelas itu sangat memukul telak hingga menidurkanku kembali, bukan untuk meraih mimpi tadi, hanya untuk menyadarkan bahwa mimpiku sudah beranjak pergi. Benar-benar gila aku dibuatnya, mimpi itu menertawaiku, menganggap semua rasa hanya sebatas kata, padahal betapa dalam rasa itu hingga ketulusan sangat sulit untuk dikoyakkan. "Hei, untuk apa kau bertahan?" bisikan itu membuat gendang telingaku hampir pecah, kata itu membuatku terpuruk parah, buntu jalan pikirku tanpa arah, gerakanku terbatas karena mimpiku patah.
Aku tahu, ada campur tangan Tuhan dibalik semua ini, tinggal bagaimana caraku berprasangka padaNya, baik atau buruk.
Ada rencana yang lebih baik? mungkin saja, tidak bisa kuterka dan kubayangkan, krna dadaku penuh dengan penyesalan aku hanya bisa menggumam takdir Tuhan begitu pahit untuk saat ini.
Ah! ini kesalahanku, tak seharusnya Tuhan kuikut sertakan, tapi jika bukan, kepada siapa lagi kucurahkan?. Dan pintaku saat ini, jika memang Kau maha membolak balikan sesuatu, kembalikan mimpi itu dan aku berjanji kepadaMu akan kurawat mimpi itu sepenuh jiwa dan ragaku.
Kokok ayam jantan membuyarkan mimpi
menyeret kembali pada apa yang seharusnya terjadi
satu persatu mimpiku seperti lenyap
satu persatu kesadaranku mulai terungkap
padahal,
semalam aku sedang merencanakan surga
konon, disana segala pinta akan dikabulkan serta merta
kita berjanji bertemu disana
ayam kurangajar, semua sirna
-am
mungkin bisa! berteman
dalam pesan-pesan yang
singkat. hilang debu
di mataku, kata-kata
menembus sepi yang
pura-pura.
tidak nanti, membisu
tempat duduk di tangga kelas
air hujan, membekas
putaran roda motor, hampir menuju
sesalku.
atau dua jiwa, berkerumun
biar perempuan! biarkan
cinta itu membiasakan
berganti.
malapetaka cinta
tetap ada, aku bisa!
ketulusan melenyapkan
segala asa
kepergian tercipta, jika
kau yang meminta
di siang bolong yang melolong
aku menjelma kupu-kupu jalang
menyanyikan lagu-lagu ilalang
bercumbu dengan bayang,
bersama kebimbangan, yang
masih meradang
disiang yang sama,
matahari tersipu malu,
bergerak dengan merudu
sinarnya redup siang itu
hadirnya tak diharapkan rabu
tawanya hanya semu
terhimpit gumpalan awan kelabu