Tak peduli,
Seberapa pagi aku pergi
Seberapa malam aku tidur
Selama apa aku tertidur
Seberapa lelah hari-hariku
Setidaknya itu akan menjadikan salah satu bukti
Bahwa aku benar mencintaimu
Dan ingin halal bersamamu
Tak peduli,
Seberapa pagi aku pergi
Seberapa malam aku tidur
Selama apa aku tertidur
Seberapa lelah hari-hariku
Setidaknya itu akan menjadikan salah satu bukti
Bahwa aku benar mencintaimu
Dan ingin halal bersamamu
Sudah saatnya aku terbangun dari mimpi siang bolong, alam tetaplah alam dengan ingatan yang kuat, baik buruknya manusia sudah tercatat permanen di sana. Jika harus memilih, lebih baik tidak mempedulikan hasil baik, yang aku tahu kini kau bukan lagi mimpi melainkan kenyataan yang harus kuperjuangkan. Tuhan memberi jawaban bahwa kamu pilihannya oleh sebab itulah kau kembali didatangkan dengan membawa seribu pengharapan, walau sempat bertanya-tanya ini lelucon atau egomu benar-benar kalah? benar-benar aneh rasanya hati yang dibolak-balikan, tetapi hati ini sangat menginginkan maka kujadikan ini sebagai bentuk pengabulan. Tugasku sekarang menjaga kepercayaan, menanam kembali tunas yang sempat kucabut sebelum tumbuh untuk terus kurawat sampai berbuah.
Terima kasih untuk kepercayaan yang kau beri sekali lagi, cinta yang kau percayakan padaku untuk kuperjuangkan sekali lagi, ya sekali lagi walau kau tak membatasi berapa kali aku tetap pada kata sekali lagi agar aku sadar dan meminimalisir kesalahan karena hidup hanya punya satu kesempatan. Duniaku pulih, rutinitasku kembali sistematis, luka benar-benar menjadi pelajaran untuk memperbaiki kelangsungan hidup. Mari saling mengingatkan jika diantara kita melakukan kesalahan karena itulah kunci kekekalan sebuah hubungan. Ini bukan kemenangan hanya kesempatan kecil yang diberikan Tuhan, bahwa ketulusan meminta tanpa putus, sedikit demi sedikit akan terkabulkan.
Ternyata begini rasanya berada diposisimu, maafkan aku. Tak pernah kusangka alam begitu kuat mengingat masa lalu sampai pada suatu waktu di mana masa itu berbalik dengan sasaran yang tepat. Tuhan benar-benar menghukumku dengan karmanya, alam begitu kejam memperlakukanku. Sesekali sesal menguntitku, berbisik, mengusik, mengajak untuk berputar balik pada masa di mana mimpi-mimpi yang dulu pernah kurakit sedemikian rupa dan kutinggalkan sebelum jadi. Terlambat!, gertakku dengan lantang pada sesal! Jika memang masih ada harapan, pasti berbeda dengan keadaan sebelumnya, mimpi itu telah lenyap butuh waktu merangkainya kembali.
Kuakui ini sudah menjadi jalan takdirku, melalui seribu maaf pun tidak akan pernah bisa menyatukan remukan kaca yang pecah, mengakui salah tidak akan mampu mengembalikan keadaan yang buncah.
Tugasku sekarang berbuat baik dengan alam untuk membalikan keadaan, merangkai kembali mimpi baru dengan penuh risiko baik atau buruk. Jika baik untukku, terima kasih dengan penuh bijaksana kupanjatkan, jika buruk untukku dada siap kulapangkan agar hati terbiasa menerima sebab akibat perbuatanku di masa lalu.
Aku pantas diinjak agar tahu rasa sakit, aku pantas dicaci agar tahu arti menghargai, aku pantas di asingkan agar tahu arti kepercayaan, dan aku pantas mendapatkan perlakuan buruk dari alam, agar aku sadar dan berhati-hati dalam segala tindakan.
Aku percaya Tuhan tidak sekejam fir'aun yang memperlalukan hambanya tanpa batas kemampuan. Pelangi masih ada setelah hujan, walau tak selalu hujan di beri pelangi, aku akan tetap menunggu berdiri tegap di bawah rintik hujan yang menghujam bahkan badai sekalipun untuk menanti datangnya pelangi.
Pikiranku terjajah oleh rasa bersalah yang tak kunjung mereda walau sesekali terlintas dalam benak, betapa sia-sia jika terus berlanjut dengan keadaan yang tidak memungkinkan untuk kubawa di masa depan. Semakin hari hatinya tak kunjung membaik, aku benar-benar terlempar hingga masuk dalam tumpukan sampah dihalaman rumahnya. Ketidakberdayaanku melepasmu adalah kutukan cinta yang teramat kejam, kau menakutiku dengan senyuman palsu setiap waktu.
Aku ingin merdeka!, terjajah setiap hari membuat hati semakin lemah tak berdaya, akal sehatku bermain, pikiranku melesat terbagi kesegala penjuru, Tuhan memberiku jalan menuju kemenangan doa dan harapan baik untuknya selalu kuucap dalam sujudku.
Tuhan maha baik dengan segala kebaikanNya, maha membolak balikan sesuatu sesuai dengan permintaan hambanya. Aku masih mencium aroma melati dalam setiap jengkal tubuhmu dan berharap menjadi jawaban terbaik yang Tuhan berikan padaku.
Dialog demi dialogku dengan Tuhan selalu bertemakan namamu, dan obrolan paling membingungkan yang tak pernah letih kucari titik terangnya. Lagi dan lagi aku hanya memintanya kembali, kurasa perjuanganku belum dimulai ia perlu tahu bahwa hati ini tulus memintanya kembali untuk kuperjuangkan seperti seharusnya.
Aku sudah letih bertualang, aku ingin pulang, dan kembalilah, akan kujadikan kau rumah sebagai tempat paling mewah untuk menghilangkan segala lelah.
Setiap hari, tubuhku berlumuran darah penyesalan, menggumpal melahirkan luka, duka, dan cinta. Siapa paling kuat menurutmu, luka, duka atau cinta?.
Ya, rasa cinta yang kuat pertahanan terbaikku, luka dan duka yang tertoreh bahkan tidak terasa samasekali. sekeras apapun kau berdalih ingin menyingkirkanku, abaimu tak menyurutkan cinta itu.
Entah sampai kapan langit akan terus mengumbar petir dan hujan, sampai awan benar-benar pergi atau sampai sang surya benar-benar mati?.
Kini aku tahu cara merawat nyeri, sebagaimana batu yang tertusuk rinai hujan lalu diam-diam seseorang menjahit lukanya dengan jarum dan benang keikhlasan, sebab ia tak ingin melihat hujan runtuh di wajahku.
Aku bertahan karena cinta, walau hampir setengah gila dibuatnya hingga nyawa tiada berharga. Hei, tahukah kamu, cinta itu seperti apa?. Cinta kadang setabah tanah yang rela disiram terik matahari namun, ia juga bisa terpesona rintik hujan dan air yang menggenang di halaman. Cinta juga dapat berteduh lama di bawah naungan senja.
Jangan sia-siakan cinta, ketabahannya bisa saja berujung pindah kedermaga lainnya. Jagalah apa yang ada hari ini karena itu salah satu langkah awal untukmu menata hari ketika bagian penting dalam hidupmu sudah tak utuh lagi.
Masih dengan Tuhan, teman terbaik dalam segala keadaan mulai dari keadaan di mana aku sangat mengidam-idamkan, memimpikan, dan menginginkannya hadir dalam kehidupan nyata hingga akhirnya semua terwujud melalui proses yang panjang walau hadirnya hanya dalam waktu yang cukup singkat. Kini keadaan berbalik ulahku membuatnya beranjak pergi, aku bersujud meminta maaf kepadaMu Ya Rabb kesalahanku membuatnya kecewa, dengan segala sesal dan khilaf tidak akan mengulanginya lagi, kini aku ingin dia kembali. Kupasrahkan semuanya KepadaMu.
Tidak ada kesengajaan, tapi ia menganggap ini sebuah injakan, aku terima. Kupasrahkan, kujadikan ini sebagai pelajaran, betapa kepercayaan adalah sesuatu yang sangat mahal harganya walau harus kutebus dengan merelakan kepergiannya. Hatinya terluka, hatiku lebih parah, patah.
Menginginkannya kembali sama saja bunuh diri setiap hari, mati yang tak benar-benar mati, hidup yang tak benar-banar hidup. Aku tak peduli, krna hatiku sudah menasbihkan diri bahwa kau masih layak untuk dicintai, janjiku seperti janji awan yang tak pernah meninggalkan langit meski sesekali mengikrarkan hujan. Begitulah hidup, kita perlu sebuah relaksasi agar tak penat setiap saat. Tak selamanya perjalanan hidup berjalan mulus ada saja kerikil permasalahan yang menghambat tinggal bagaimana cara kita mengatasinya ngegas atau pelan-pelan saja haha.
Aku punya tameng yang cukup kuat, biarpun raga sudah tak berdaya, tapi hati menguatkan segalanya, kaki seakan mulai lelah bediri, tapi ketulusan hati menopangnya.
Masih kurenungkan, terus kupanjatkan, kuusahakan, hingga akhirnya kupasrahkan. Bukan untuk memaksanya mencabut keputusan, tapi sebatas tolok ukur pantas atau tidak mimpi itu kuperjuangkan. Keras, dan tanpa toleransi sama sekali, ibarat jari tangan berkuku panjang yang mencakar lalu menyakiti, tanpa pikir panjang yang ia potong jarinya bukan kukunya. Dangkal menurutku, sesuatu yang patah susah untuk menyatu kembali, sedangkan yang sakit masih bisa sembuh lalu membaik. Bukan begitu menurutku cara mengatasi masalah, mungkin faktor kedewasaan atau sudah menjadi sifat yang mengarat. Untung dewasaku menerima dengan lapang dada, mungkin inilah takdir Tuhan yang tidak bisa dirubah, kenyataan yang begitu pahit harus kutelan dengan paksa.
Aku ingin sekali beranjak, biar dibilang tahu malu. Tapi rasanya enggan pergi begitu saja. Rutinitasku berantakan, ponselku hening tak ada lagi sapaan setiap pagi. Dunia berganti, aku mati, hidup lagi, dalam dunia baru, tanpamu.
Kau tahu kenapa aku enggan pergi? sebab kau mengusirku atas dasar kesalahanku, dan rasa bersalahku menahan menuntut perbaikan. Sepatah apapun, aku tetap bisa berdiri tegap, tapi kecewamu membuatku enggan pergi bahkan dengan merangkak sekalipun. Ini bukan risiko yang seharusnya kutanggung, tak seharusnya aku pergi karena kesalahanku. Aku hanya akan pergi disaat kau memiliki wajah baru yang membuatmu lebih bahagia, karena lebih baik kau berkhianat lalu pergi dengan alasan ada yang lain daripada kau pergi karena kesalahanku. Dulu aku datang dengan ketulusan dan ingin pula langkah pergiku diiringi dgn ketulusan bukan rasa bersalah dan penyesalan.
Kokok ayam jantan membangunkanku dari mimpi indah satu malam, sekejap, bangun, hilang, dan dunia berubah. betapa tidak, mimpi yang sedang kurangkai hilang dalam sekejap, ketika mata berusaha untuk tidak kubuka tiba-tiba kesalahan itu memaksaku untuk membukanya. Tuhan menegurku dengan satu ketukan, ucapan adalah taruhan, tindakan adalah pertarungan, dan ayam jantan adalah kesalahan itu.
Sesal? jelas itu sangat memukul telak hingga menidurkanku kembali, bukan untuk meraih mimpi tadi, hanya untuk menyadarkan bahwa mimpiku sudah beranjak pergi. Benar-benar gila aku dibuatnya, mimpi itu menertawaiku, menganggap semua rasa hanya sebatas kata, padahal betapa dalam rasa itu hingga ketulusan sangat sulit untuk dikoyakkan. "Hei, untuk apa kau bertahan?" bisikan itu membuat gendang telingaku hampir pecah, kata itu membuatku terpuruk parah, buntu jalan pikirku tanpa arah, gerakanku terbatas karena mimpiku patah.
Aku tahu, ada campur tangan Tuhan dibalik semua ini, tinggal bagaimana caraku berprasangka padaNya, baik atau buruk.
Ada rencana yang lebih baik? mungkin saja, tidak bisa kuterka dan kubayangkan, krna dadaku penuh dengan penyesalan aku hanya bisa menggumam takdir Tuhan begitu pahit untuk saat ini.
Ah! ini kesalahanku, tak seharusnya Tuhan kuikut sertakan, tapi jika bukan, kepada siapa lagi kucurahkan?. Dan pintaku saat ini, jika memang Kau maha membolak balikan sesuatu, kembalikan mimpi itu dan aku berjanji kepadaMu akan kurawat mimpi itu sepenuh jiwa dan ragaku.
Kokok ayam jantan membuyarkan mimpi
menyeret kembali pada apa yang seharusnya terjadi
satu persatu mimpiku seperti lenyap
satu persatu kesadaranku mulai terungkap
padahal,
semalam aku sedang merencanakan surga
konon, disana segala pinta akan dikabulkan serta merta
kita berjanji bertemu disana
ayam kurangajar, semua sirna
-am
mungkin bisa! berteman
dalam pesan-pesan yang
singkat. hilang debu
di mataku, kata-kata
menembus sepi yang
pura-pura.
tidak nanti, membisu
tempat duduk di tangga kelas
air hujan, membekas
putaran roda motor, hampir menuju
sesalku.
atau dua jiwa, berkerumun
biar perempuan! biarkan
cinta itu membiasakan
berganti.
malapetaka cinta
tetap ada, aku bisa!
ketulusan melenyapkan
segala asa
kepergian tercipta, jika
kau yang meminta
di siang bolong yang melolong
aku menjelma kupu-kupu jalang
menyanyikan lagu-lagu ilalang
bercumbu dengan bayang,
bersama kebimbangan, yang
masih meradang
disiang yang sama,
matahari tersipu malu,
bergerak dengan merudu
sinarnya redup siang itu
hadirnya tak diharapkan rabu
tawanya hanya semu
terhimpit gumpalan awan kelabu
kau tancapkan rindu berkali-kali
menghujami rindu bukan dengan hati
perih, rindumu hanya sebatas kata
bukan temu yang kau damba
rindumu tumpul, berkarat
rinduku tajam, menyayat
kata rindumu, semu
kata rinduku, temu
Tanpa saling jatuh cinta, percakapan tidak akan pernah sepanjang dan sekokoh tembok cina, diselingi dengan doa-doa disepertiga malam aku hanya meminta Tuhan ikut menjaga obrolan kita berserta rencana-rencana baik didalamnya.
Berawal dari mengenalmu tanpa berharap apa-apa, kini aku jatuh cinta pada caramu mencinta, walau aku tahu konsekuensi jatuh cinta tidak pernah mudah namun tetap saja jatuh cinta adalah anugerah paling indah.
Di mulai dengan rasa percaya bahwa setiap hati selalu ada pemiliknya. Dan kamu adalah rumah bagiku yang berniat pulang setelah berjuang. Aku tahu tidak semua yang diperjuangkan itu pandai menghargai, beberapa justru mengkhianati tapi bagiku jatuh cinta padamu adalah ketidaksengajaan yang menyenangkan dan aku siap dengan segala risiko yang akan didapatkan.
Sepertiga malam membawa kantuk yang luar biasa, setelah percakapan panjang itu aku punya mimpi besar untuk hidup bersamamu selamanya, mudah-mudahan Tuhan tidak membangunkanku dari tidur.
28 Feb. 21
Hei puan, malam kemarin kau masih sebatas mimpi
dalam ruang gelap, setitik cahaya
malam ini, kau menyelinap dengan sigap
mendatangkan lentera pada ruang gelap
memberi aroma segar pada hati yang telah engap
sumbu yang telah padam, kini nyala dengan sekejap
Dibibir para pendoa,
Tuhan tidak pernah bergurau pada hati yang tulus meminta
tanpa tawar menawar kau menjelma menjadi nyata
sejak saat itu, kata mustahil hilang dalam kamus hidupku
terlalu sederhana pintaku malam itu
tapi pintaku malam ini, berbahaya
aku ingin warnamu lebih menyala
dalam setiap malam tanpa jeda
keyakinan dan setiaku pada sang pencipta
dengan doa yang selalu basah di bibir pendoa
harapan tak pernah kering dan kosong
Sampai saat ini, masih belum kutemukan alasan mengapa engkau kuputuskan masuk dalam agenda hidupku. Pemeran utama dalam skenario cerita fiktif yang kuharap suatu kelak menjadi nyata. Mengatur alur, memikirkan risiko, menantang bahaya setelahnyapun aku siap. Sebab sejak hadirmu pagi itu, hati seakan menemukan teknisi handal . relung hati yang kurasa berantakan dan engap kemarin sore kau buat perlahan mulai membaik.
Ya, jujur aku mendatangimu karena cinta, malu-malu, bersembunyi disela kata hingga ada rindu yang malu-malu dibalik kepingan frasa, nafasku lega menghembuskanj setangkai nama yang kucari sekian lama.
Dimulai dari pagi itu, kala sinar matamu menyilaukan, kedipanmu membuyarkan, sayangnya senyummu tertutup masker sembilu, tapi kau tetap menawan bagiku lewat mata indahmu.
Banyak pertanyaan, sejak kapan aku mulai tertarik padamu?
Sejak tatapanku mulai kau acuhkan, sejak pertanyaanku tak kau hiraukan, dan sejak saat itu pula aku mulai penasaran.
Aaah, kau buat diksiku berhamburan dan tidak henti-hentinya menjabarkan empat kata yang ada pada namamu.
Aku hanya bisa berterus terang melalui tulisan, kata demi kata yang kurangkai hanya tertuju pada satu nama, ya aku jatuh cinta.
Tanpa harapan atau dengan harapan kau tetap menawan, jika kau tak memeberi harapan aku melawan untuk tetap pada harapan dengan doa yang ku andalkan dan segala risiko didalamya sudah kupertimbangkan. Sebab mencintaimu adalah bahaya-bahaya yang indah. Maka menetaplah, pintaku pada Tuhan tanpa celah.
Bagiku rangkaian kata yang kau anggap puisi adalah rumah, rumah yang kuharapkan menjadi tempat persinggahan terakhir. Jangan pernah letih untuk membaca, karena didalamya hanya ada aku dan kau saja.
Aku berani menulis karena nampaknya kau memberiku sedikit harapan, ya sedikit bagiku tetap berarti walau nantinya harapan itu hilang atau berkembang.
Sekali lagi, kau tampak menawan, ratusan pria tampan mengidamkan, menginginkan, mendambakan, tapi kau bilang mengabaikan, mudah-mudahan demikian. Aku percaya pada pernyataanmu, dan aku percaya pada keyakinanku.
Sebuah ruang tunggu tercipta, kau memintaku duduk disana tanpa paksaan, aku menerima dengan lapang dada. Kita berbincang dengan kata yang sulit diterjemahkan, belum berani saling mengungkapkan namun hati seakan saling mengiyakan. Problematika masa lalu masih menjadi halangan, kucari apa penyebabnya, jawabmu, takdir. Jawaban yang bagus, takdir Tuhan memang indah, kau kutemukan diwaktu takdirmu dan takdirnya tidak saling berdampingan lalu kau buka ruang baru untuk kumasui menggantikan takdirmu yang kau anggap gagal. Tidak ada yang salah dengan takdir, aku berani bertaruh pada takdir, kau milikku!
Hahaha. Percakapan panjang malam itu menyenangkan, aku tak mau beranjak dari sana, cerita masalalumu kau jabarkan satu persatu, bagus menurutku karena satu pintaku, tetap ingat masa lalu sebagai pembelajaran, bukan sebagai kenangan. karena pengalaman pahit yang memilukan tidak akan pernah hilang dari ingatan sekalipun kau benturkan kepalamu ke lantai pelataran.
Pada sebuah ruang tunggu, aku hanya mengandalkan doa-doa yang melayang untukmu, kemudian memintamu untuk mengaminkan doaku. Sebagaimana kun pada fayakun. harapan adalah keyakinan, sedangkan doa adalah penguatnya, maka telah aku imani cinta ini untuk terus kuamini.
Harapan kini berada dipergelangan tanganmu, yang akan menentukan siapa nantinya pasangan tangan yang akan kau raih. Kau tak berhak memilih, tapi kau berhak menentukan. Jangan takut jika nantinya kau tak meraih tanganku, karena aku takan membencimu. Bagiku kau tetap menawan meski nantinya aku tak dijadikan pilihan, menganalmu sudah menjadi salah satu pencapaian, menciptakan bahagia, tanpa mengorbankan luka, merawat suka tak harus menghilangkan rasa, jika membenci cobalah diganti dengan damai.
Sajakku lahir dari bibir yang tak pandai mengungkapkan rasa. Dengan menyebut nama Tuhan kita yang sama, aku hanya berharap kita saling bertukar perhatian melalui doa-doa baik. Ruang tungguku ingin kujadikan rumah sebagai tempat pulang bersamamu, bukan hanya tempat singgah semata. Oh Tuhan maaf pintaku berlebihan, pada doa ba'da salat zuhur.
Obrolan siang bolong semakin tragis, kau bercerita tentang masa depan yang sangat cerah bak cahaya sang surya dari pagi buta dihari selasa. Mengapa tragis? sebab kau merancangnya bukan bersamaku. Hahaha, kita saling tertawa bagiku itu lucu menarik untuk terus menggali karaktermu dan menjadi tolak ukur perjuanganku. Kau begitu menantang, aku suka tantangan, akan kurubah caramu memandang setiap manusia dengan menghargai perjuangannya bukan derajatnya.
Percakapan demi percakapan saling terlontar dari dua mulut dipenghujung sore menuju hujan. Aku selalu dan selalu memintamu bercerita bagaimana kisahmu di masa lalu, entah kenapa aku suka obrolan itu, jujur aku takut terus mengulang dan mengulang lagi, tapi aku tetap yakin bahwa semua bisa dirubah dengan doa dan harapan yang tak putus. Aku selalu mengingatkanmu betapa pentingnya melipat kenangan, menyimpan rapi dalam laci-laci ingatan; barangkali kenangan-kenangan menjelma kebaikan, mengentas khilaf sampai tuntas.
Tanpa jatuh cinta, aku tidak pernah sampai pada bahagia. Mencintaimu, aku jatuh berkali-kali dan siap untuk menantang bahaya-bahaya yang indah. Rinduku tumbuh menumpuk, berkembang, sedangkan rindumu gersang dan temu hanya menjadi destinasi alam bawah sadar. Rinduku lebih memilih sepi dan dingin untuk tumbuh dan mekar lalu biarkan kutemui dirimu dalam mimpi-mimpiku untuk menuntaskan rindu itu.
Kembali pada malam, kini malam terlihat cerah dengan bulan dan bintangnya. Ingin sekali kuraih tanganmu, memelukmu, membawamu dalam nyanyian rindu, tapi kau membisu. Bulan sabit menangis melihat senyum palsuku, bintang-bintang runtuh iri melihatku lebih terang darinya. Gerimis datang, bulan bintang hilang hanya sunyi yang kurasakan, bersama sunyi aku mengeja satu nama berkali-kali. Benar-benar rumit rindu ini, tapi aku percaya Tuhan menciptakan kerumitan sebagai sesuatu yang kelak menjadi kebahagiaan. Walau sebenarnya rinduku enggan surut karena pintaku hanya satu, bertaut.
Rinduku semalam seakan hilang karena pagi ini namamu hadir dalam notifikasi, kau membangunkanku dengan dering ponsel panggilan suaramu, dan disambut senyum pesanmu. Teruslah begini. Aku mencintaimu.
............
............
20 Feb. 21
Jari-jari arloji bergerak lambat
berdenting dengan nada penuh isyarat
jemarinya melukis janji diantara dua belas angka
detaknya menawarkan rindu pada angka satu
berputar menunjuk satu, dua sampai dua belas
kembali berputar sampai dua belas lagi
aku menunggu,
kapan jarum jam berhenti menunjuk satu titik
Siapa bilang aku mencintaimu?
Itu bohong belaka
Aku hanya suka berlama-lama ngobrol denganmu
Siapa bilang aku rindu kamu?
Aku hanya tak tahan jika tidak ketemu kamu sehari
Siapa pula yang bilang aku bohong?
Aku hanya tak mau jujur saja
Begini saja,
Kau itu kupu-kupu
aku bunga plastik
kau bebas kemana saja
aku terpaku di meja-meja
tak punya putik untuk kau cubit
matamu melirik, enggan menghinggap
19 Feb. 21
Mungkin, akulah salah satu manusia berwajah dua
memiliki dua waktu dalam satu raga
suatu waktu seperti manusia salih,
yang rajin bertasbih
dilain waktu akulah pendosa
yang berkeliling memikul dosa-dosa berat
namun,
wajahku dihadapnmu menjelma menjadi satu,
menghadap kedua matamu
menancapkan harapan pada satu titik
satu wajah yang lebih baik
13 Feb. 21
waktu demi waktu
tersakiti sepi
dua kali dihantam sunyi
waktu demi waktu
hujan menyerang
menghujani perang
waktu demi waktu
melawan pandemi
yang terpolitisasi
waktu demi waktu
kami meringis kesakitan
kalian tersenyum menertawakan
7 Feb. 2021
Lebih menantang seperti ini si
bak main tebak-tebakan
kau padamkanku berkali-kali
aku tetap hidup dalam lamunan
tidak terlalu berharap memiliki
itu urusan Tuhan
setidaknya kau tahu aku, dan aku tahu kau saja sudah cukup
selanjutnya kita serahkan, kepada Yang Maha pemberi hidup
Kita merencanakan
Tuhan menentukan
-am
8 Feb. 21
Dia memiliki bintang yang indah
di kedua matanya yang sayu
dan memamerkannya padaku
tatapannya membuat jantungku melemah
mata sayu itu mengandung candu
Dia mengajarkanku sebuah kata yang sulit
kemudian kutulis dalam kamus kecil bait demi bait
kupelajari tiap malam,
namun tatanpannya membuat semua buram
Aku tidak pandai melawan matanya
bahkan hanya meminta senyumnya melenyapkan segala asa
Nada dan suara sudah tiada
Aku ini musik yang bisu tak berirama
Hanya aku penikmatnya sebagai lagu pemuja rahasia
-am
24 jan. 21
aku tak bermaksud mengabaikanmu
aku tak mau kau jatuh terlalu dalam
mengharapkanku bukan pilihan
ya
aku bukan pilihan
aku ingin memilih
pilhanku tertuju padanya
bukan padamu